pemeriksaan 10 T pada ibu hamil

Standart minimal asuhan antenatal care (10T)
1. Timbang Berat Badan dan Ukur tinggi Badan
      Menurut Prawirohardjo (2010), Kenaikan berat badan wanita hamil rata-rata antara 11,5 sampai 16 kg. Bila berat badan naik lebih dari semestinya, anjurkan untuk mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat. Lemak jangan dikurangi, terlebih sayur mayur dan buah-buahan. Ada pula cara untuk menentukan status gizi dengan menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) dari berat badan dan tinggi badan ibu sebelum hamil menurut Manuaba (2010): 
Rumus IMT =   BB /TBcm2

Status gizi ibu dikatakan normal bila nilai IMT nya antara 18,5-25,0
Kriteria IMT :
Nilai IMT < 18,5          : Status gizi kurang
Nilai IMT 18,5-25        : Status gizi normal
Nilai IMT >25  : Status gizi lebih/ obesitas
Tinggi badan yang baik untuk ibu hamil adalah >145 cm.
2. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
      Pada ibu hamil (bumil) pengukuran LILA merupakan suatu cara untuk mendeteksi dini adanya Kurang Energi Kronis (KEK) atau kekurangan gizi. Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer nutrient ke janin berkurang, sehingga pertumbuhan janin terhambat dan berpotensi melahikan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak. Kurang Energi Kronis atau KEK (ukuran LILA < 23,5 cm), yang menggambarkan kekurangan pangan dalam jangka panjang baik dalam jumlah maupun kualitasnya.
       Cara melakukan pengukuran LILA :
-Ukur dengan menggunakan meteran dari akromnion sampai olekranon
-Menentukan titik tengah antara akromnion dan olekranon dengan meteran
-Lingkarkan dan masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA. Baca menurut tanda panah.
3. Ukur Tekanan Darah
       Tekanan darah diukur setiap kali ibu hamil melakukan kunjungan, hal ini bertujuan untuk mendeteksi adanya kemungkinan kenaikan tekanan darah yang disebabkan kehamilan. Tekanan darah pada ibu hamil dikatakan normal yaitu dibawah 140/90 mmHg.
4. Ukur Tinggi Fundus Uteri.
    TFU (Tinggi Fundus Uteri) digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui usia kehamilan dimana biasanya lebih tepat bila dilakukan pada kehamilan yang pertama.
 Umur Kehamilan Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri


        


5. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung janin.
      Tujuan pemantauan janin itu adalah untuk mendeteksi secara dini ada atau tidaknya faktor-faktor resiko kematian prenatal tersebut (hipoksia/asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi). Pemeriksaan denyut jantung janin adalah salah satu cara untuk memantau janin.
      Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan. 
Gambaran DJJ:
Takikardi berat; detak jantung diatas 180x/menit
Takikardi ringan: antara 160-180x/menit
Normal: antara 120-160x/menit
Bradikardia ringan: antara 100-119x/menit
Bradikardia sedang: antara 80-100x/menit
Bradikardia berat: kurang dari 80x/menit

6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan        imunisasi TT (Tetanus Toxoid) . Pada ibu hamil diberikan imunisasi TT sebanyak 2 kali selama kehamilan dengan interval  waktu 4 minggu. Imunisasi ini dianjurkan pada setiap ibu hamil, karena diharapkan dapat menurunkan angka kematian bayi akibat tetanus neonaturum. Imunisasi ini diberikan dengan dosis 0,5 cc/IM dalam satu kali penyuntikan.
 

7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
      Pemberian tablet zat besi untuk mencegah anemia pada wanita hamil diberikan sebanyak 90 tablet selama kehamilan.      Tablet ini diberikan segera mungkin setelah rasa mual hilang, setiap tablet Fe mengandung  FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat      500 μg. Tablet Fe diminum 1 x 1 tablet perhari, dan sebaiknya dalam meminum tablet Fe tidak bersamaan dengan teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan.
8. Tes laboratorium (rutin dan khusus).
     Ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang disarankan menjelang persalinan. Di antaranya yaitu tes darah, tes urin dan hbsag ( hepatitis).tes darah rutin meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, sel darah putih( leukosit), trombosit. Dari kadar Hemoglobin untuk mengetahui apakah seorang ibu anemia atau tidak. Hal ini diperlukan untuk memperkirakan kecukupan suplai darah ke janin dan risiko jika terjadi perdarahan saat persalinan. Sel darah putih menunjukkan apakah terjadi infeksi di tubuh ibu. Trombosit untuk melihat apakah ada kelainan faktor pembekuan darah, ini berhubungan dengan resiko perdarahan. Pemeriksaan urin dimaksudkan untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing, adanya darah, protein, dan gula pada urin yang menunjukkan adanya penyakit tertentu yang bisa mempengaruhi kehamilan. Pemeriksaan HBsAg untuk mengetahui adanya infeksi hepatitis B pada ibu. Infeksi hepatitis bisa ditularkan lewat darah dan hubungan seksual. Pemeriksaan pemeriksaan tersebut di atas tidak harus dilakukan seorang ibu hamil, dan jika tidak dilakukan pun tidak mengapa, akan tetapi pemeriksaan tersebut dianjurkan sebagai skrining untuk mengetahui kondisi kehamilan dan resiko saat persalinan terhadap ibu dan janin. Jika dari hasil pemeriksaan diketahui ada hal-hal yang tidak normal maka diharapkan masih bisa diterapi sebelum persalinan sehingga ibu menjalani persalinan dalam kondisi yang benar-benar optimal, sehingga diharapkan ibu dan bayi selamat dan sehat.
9.Tata laksana kasus.
   Namun, dalam penerapan praktis pelayanan ANC, menurut Dinkes (1998), standar minimal pelayanan ANC adalah 14 T yaitu :
Timbang berat badan
Tekanan darah
Tinggi fundus uteri
Tetanus toxoid lengkap
Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan.
Tes penyakit menular seksual (PMS)
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Terapi kebugaran.
Tes VDRL
Tes reduksi urine.
Tes protein urine
Tes Hb
Terapi iodium
Terapi malaria
10. Temu Wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
     Temu wicara pasti dilakukan dalam setiap klien melakukan kunjungan. Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan rujukan. Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, biopsikososial, dan pengetahuan klien. Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan. Tindakan yang harus dilakukan bidan dalam temu wicara antara lain:
-Merujuk ke dokter untuk konsultasi  dan menolong ibu menentukan pilihan yang tepat.
-Melampirkan kartu kesehatan ibu serta surat rujukan
-Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil rujukan
-Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan

Comments

Post a Comment